Sunday, November 25, 2012

Memahami Exposure

Pada saat pertama kali kita membeli kamera Digital model SLR, seringkali untuk memudahkan mengambil gambar kita memakai mode AUTO. Mode AUTO memang paling mudah dan cepat, namun itu tidak memberikan ruang kreatifitas kita untuk berkembang.

Ada baiknya kita pahami konsep exposure. Di dalam bukunya berjudul Understanding Exposure karangan Bryan Peterson didalamnya diterangkan konsep exposure secara mudah.

Ada tiga elemen yang harus diketahui untuk memahami exposur, dan si Bryan Peterson menamainya dengan segitiga fotografi. Setiap elemen dalam segitiga fotografi ini berhubungan dengan cahaya, bagaimana cahaya dapat masuk dan berinteraksi dengan kamera.

Ketiga elemen itu adalah:
1. ISO
2. Aperture
3. Shutter Speed

Interaksi ketiga elemen inilah yang disebut exposur. Dan semua elemen ini berhubungan jika ada salah satu yang berubah nilainya maka akan berubah pula hasilnya.

Mari kita bahas satu persatu tentang ketiga elemen segitiga fotografi ini :

1. ISO

ISO adalah ukuran seberapa sensitif sensor kamera terhadap cahaya.

ISO sebenarnya singkatan dari International Standardization Organization, suatu lembaga internasional nirlaba yang berfungsi untuk menerbitan standar-standar internasional. Nama ISO akrab di kalangan penggemar fotografi, karena standar ukuran kecepatan film menggunakan standar ISO (dulu suka menggunakan ASA (American Standard Association). Dalam fotografi system analog di mana film masih digunakan sebagai media rekam hasil foto, Istilah ISO/ASA menjadi begitu akrab.
Makin kecil angka ISO berarti semakin lambat (speed untuk memoto cenderung rendah). Tetapi butiran pembentuk gambarnya semakin halus, sehingga hasil foto cocok untuk diperbesar. Ukuran ISO 100-200 biasa disebut film dengan ukuran kecepatan standar, hasil foto masih cukup bagus untuk pembesaran sampai dengan 10R. Ukuran ISO 400 ke atas, sudah disebut dengan film dengan kecepatan tinggi. Kita bisa memoto sore hari (cahaya redup) dengan kamera masih bisa di pegang, tetapi apabila foto diperbesar 10R atau lebih akan timbul butiran-butiran (istilah sekarang mah “resolusinya rendah”).
Besaran ISO masih digunakan pada kamera-kamera digital saat ini, lebih bertujuan untuk memudahkan para fotografer yang dari dulu sudah terbiasa dengan istilah ISO untuk kecepatan film. Kita tetap diasumsikan menyimpan gambar dalam media rekam seperti layaknya film seperti dahulu. Toh, kalau kita cermati, semakin tinggi angka ISO yang kita gunakan dalam kamera digital efeknya sama dengan system analog. Kecepatan menjadi lebih tinggi dan hasil semakin rendah resolusinya.
 
 2.  Aperture

Seberapa beesar lensa terbuka saat foto diambil

Saat kita memencet tombol shutter, lubang di depan sensor kamera kita akan membuka, nah setting aperture-lah yang menentukan seberapa besar lubang ini terbuka. Semakin besar lubang terbuka, makin banyak jumlah cahaya yang akan masuk terbaca oleh sensor.
Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan f-stop. Sering kita membaca istilah bukaan/aperture 5.6, dalam bahasa fotografi yang lebih resmi bisa dinyatakan sebagai f/5.6. Seperti diungkap diatas, fungsi utama aperture adalah sebagai pengendali seberapa besar lubang didepan sensor terbuka. Semakin kecil angka f-stop berarti semakin besar lubang ini terbuka (dan semakin banyak volume cahaya yang masuk) serta sebaliknya, semakin besar angka f-stop semakin kecil lubang terbuka.
apertureJadi dalam kenyataannya, setting aperture f/2.8 berarti bukaan yang jauh lebih besar dibandingkaan setting f/22 misalnya (anda akan sering menemukan istilah fully open jika mendengar obrolan fotografer). Jadi bukaan lebar berarti makin kecil angka f-nya dan bukaan sempit berarti makin besar angka f-nya.

3. Shutter Speed

Rentang waktu didepan sensor kamera terbuka

Shutter adalah semacam layer yang menutup sensor . Pada waktu kita men-jepret , Shutter ini akan terbuka selama bbrp waktu sehingga sensor bisa merekam cahaya yang masuk melalui lensa . Durasi pembukaan shutter inilah yang dikenal sebagai Shutter Speed . Logikanya , semakin lama shutter dibuka akan semakin banyak cahaya yang masuk . Dan sebaliknya semakin cepat shutter dibuka maka makin sedikit cahaya yang terekam . Satuannya detik . Satuannya lebih mudah dipahami ketimbang satuan Aperture . Untuk mengurangi banyaknya cahaya yang masuk menjadi setengah sebelumnya (-1 stop ), waktu Shutter Speed tinggal di bagi 2 . Dan sebaliknya , untuk menambah cahaya menjadi 2x sebelumnya ( +1 stop ) tinggal di kalikan 2 . Pada kamera Nikon D50 , nilai Shutter Speed yang dapat digunakan pada kamera adalah 60 , 32 , 16 , 8 , 4 , 2 , 1s , 1/2 , 1/4 , 1/8 , 1/16 , 1/32 , 1/64 , 1/125 , 1/250 , 1/500 , 1/1000 , 1/2000 , 1/4000 . 1/4000 . Range nilai Shutter Speed pada kamera tipe/merk lain kurang lebih sama . Pada beberapa kamera pro , kecepatannya bisa sampai 1/8000s . Cukup cepat untuk memotret peluru yang melesat.

Sumber : Belajar Fotografi
  

Related Post:

Widget by [ Iptek-4u ]

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Iptek-4u - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting